Edukasi Petani, PT TPL Buka Sekolah Kopi

Dinda Marley - Senin, 29 November 2021 20:02 WIB
PT TPL membuka sekolah kopi, berkolaborasi dengan Starbucks Farmer Support Centre Berastagi (TPL)

MEDAN - Kopi menjadi salah satu komoditas andalan pelaku usaha perkebunan atau petani di Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Beragam jenis kopi berkualitas tumbuh subur dengan cuaca dan suhu yang sesuai. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas areal tanaman kopi di sekitar kawasan Danau Toba cukup signifikan, sekitar 71.955 hektar luas areal kopi Arabika dan 19.416 hektar kopi Robusta.

Pada November hingga Desember 2021, PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) membuka sekolah kopi dengan jumlah peserta 115-an orang. Petani yang mengikuti Sekolah Kopi adalah masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasional perusahaan, baik di mill (pabrik) dan sektor. Sekolah ini diselenggarakan untuk mengetahui potensi yang dimiliki para petani yang ada di Ring 1 wilayah operasional perusahaan supaya dapat dibantu pengembangannya.

Para petani kopi berasal dari Desa Banjarganjang dan Tanggabatu 2 (Mill Toba), Desa Sidulangsimangulahi, Lobusihandangon, Parsoburan, Lumbanruap, Sabungannihuta 4 dan Pohanjae (Sektor Habinsaran, Kabupaten Toba dan Tapanuli Utara), Sihaporas dan Pondokbuluh (Sektor Aeknauli, Kabupaten Simalungun), Aek Raja, Horisanranggitgit dan Hutatinggi (Aekraja, Kabupaten Tapanuli Utara) serta Desa Simataniari (Sektor Tele, Kabupaten Samosir). Pelaksanaannya di dua lokasi yaitu di Saribudolok, Kabupaten Simalungun dan Kebun Percontohan SSC Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara.

Salah satu peserta, Asbel Purba, berterima kasih diikutkan dalam kegiatan ini. Pemilik 200 batang pohon kopi ini, selain bertani adalah perangkat Desa Simataniari.

“Sebenarnya di Desa Simataniari, budidaya penanaman kopi masih tradisional. Banyak hal dan ilmu yang baru kami ketahui di pelatihan ini. Kami diajarkan bagaimana cara menanam kopi yang baik, contohnya, cara pembuatan lubang. Biasanya kami membuat lubang asal-asalan, di sini kami jadi tahu bahwa ada patokannya sesuai yang diterangkan trainer,” kata Asbel, Senin (29/11/2021).

Pelatihan ini diadakan dua tahap, berkolaborasi dengan Starbucks Farmer Support Centre Berastagi. Pelatih yang didatangkan adalah Kepala Agronomi dan General Manager Starbucks Farmer Support Centre Indonesia Surip Mawardi. Pada tahap pertama, para petani dilatih budidaya kopi, tahap kedua lebih mengarah pascapanen.

“Para petani sangat antusias mengikuti pelatihan. Karena masih awal, sifat pelatihan mengarah ke pengenalan budidaya umum mengenai kopi dengan pendekatan yang lebih ringan karena kebanyakan peserta adalah orang dewasa. Sebagian besar mereka dibawa langsung ke lapangan, melihat prakteknya agar tidak membosankan seperti di dalam ruangan kelas. sehingga para petani lebih mudah menyerap materi,” kata Surip.

Dia mengharapkan para petani tidak hanya belajar namun juga mengaplikasikan ilmu yang diperoleh sehingga dapat meningkatkan pendapatan melalui produktivitas dan mutu kopi. Menurut Surip, Sumatera memiliki potensi kopi Arabika yang luar biasa dan cita rasanya khas. Sulit ditandingi bahkan disamai wilayah manapun, termasuk dalam golongan kopi yang mahal.

"Oleh sebab itu, kami dengan senang hati membantu para petani mendapatkan kesejahteraannya. Melalui pelatihan ini, Starbucks ingin menunjukkan dedikasi kepada para petani di dunia termasuk Indonesia. Tentunya berkolaborasi dengan dukungan TPL untuk membuat semacam demo farm supaya lebih nyata di lapangan,” ucap Surip.

Manager Community Development Ramida Siringo-ringo didampingi Community Development Officer Tasya Sirait mengatakan, tujuan pelatihan agar petani mengenali mutu dan mendapatkan edukasi yang baik untuk menghasilkan kopi berkualitas tinggi.

“Melalui pelatihan di sekolah kopi ini, TPL berkontribusi kepada para petani memberikan pengetahuan baru mengenai penanaman kopi yang baik, efektif dan efisien. Petani jadi mengetahui bagaimana membuat lubang tanam menggunakan alat yang lebih cepat dan modern dibandingkan metode konvensional menggunakan cangkul,” kata Ramida.

Dia menyampaikan, setelah mengikuti pelatihan, pendampingan dan monitoring akan tetap dilakukan kepada para petani. Bibit kopi, gunting potong dan lainnya telah diberikan sebagai bentuk dukungan agar para petani bersemangat menerapkan ilmu baru yang diterima.

“Harapannya ke depan, para petani dapat menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan untuk meningkatkan kualitas kopi yang dihasilkan sehingga menjadi local champion dan menjadi contoh bagi petani lainnya,” tuntas Ramida. [Me1]

Editor: Dinda Marley

RELATED NEWS