Gubernur Ingin Pertumbuhan Ekonomi Sumut 4,2 Persen di April
MEDAN – Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara terus membaik pada 2022. Bahkan pada April 2022, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi berharap pertumbuhan ekonomi daerah ini menyentuh angka 4,2 persen.
Edy menyampaikannya pada upacara pengukuhan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Doddy Zulverdi di kantor Perwakilan BI Sumut di Jalan Balaikota, Medan.
“Saat ini pertumbuhan ekonomi Sumut sudah berada di angka 3,8 persen. Saya berharap, bulan depan 4,2 persen,” katanya, Jumat (18/3/2022).
Untuk itu, Edy berharap Doddy dapat meneruskan sinergi yang telah dilakukan selama ini, khususnya dalam menekan inflasi.
“Ibarat tensi, inflasi kalau terlalu tinggi menyebabkan stroke. Kalau terlalu rendah bisa meninggal, BI-lah yang megang tensimeternya,” ucap dia.
- Daerah Dukung Pencetakan Kepala Sekolah via Program Guru Penggerak
- Sekarang, Pengguna Halodoc Bisa Akses Asuransi
- Nawal Berharap Pasar Tanaman Hias Sampai Ekspor
Disampaikan juga beberapa hal yang perlu dipantau untuk diwaspadai agar tidak inflasi dan pertumbuhan ekonomi terjaga. Salah satunya harga barang kebutuhan pokok seperti cabai dan minyak goreng yang saat ini perlu dipantau.
“Saat ini, minyak goreng yang berdampak pada masyarakat, kalau seperti ini harus kita tangani bersama,” katanya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan, kenaikan harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) perlu jadi perhatian setiap pihak termasuk perwakilan BI di daerah. Bukan hanya naik harga, ketersediaan pasokan barang pun perlu dijaga.
“Minyak goreng jadi contoh konteks risiko yang kita hadapi bersama,” kata Dody.
Selain minyak goreng, ada dua risiko yang juga perlu dihadapi. Pertama, Covid-19 yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi global maupun nasional. Kedua, risiko geopolitik permasalahan Rusia dan Ukraina. Mengenai Rusia dan Ukraina, tidak bisa hanya dilihat berdampak pada kedua negara tersebut saja. Melainkan juga dampak global, meskipun Indonesia hanya memiliki ketergantungan langsung yang kecil pada kedua negara tersebut.
“Namun apabila berdampak pada negara lain seperti India dan Cina, maka secara tidak langsung akan berdampak pada Indonesia. Dampak tidak langsung akan mengena pada kita semua,” ujarnya.