Harga Saham Turun, Jual atau Beli?

Dinda Marley - Sabtu, 25 Maret 2023 07:24 WIB
Harga saham turun karena berbagai faktor (HO)

hallomedan.co – Berinvestasi saham tidak selamanya menunjukkan tren kenaikan alias menghasilkan cuan. Ada kalanya pergerakan harga fluktuasi atau naik dan turun secara signifikan.

Salah satu situasi yang membuat para investor panik, ketika harga saham turun karena berbagai faktor. Salah satu variabel yang dapat menyebabkan penurunan adalah pasar modal global sedang mengalami koreksi dan berdampak pada penurunan harga di pasar saham domestik.

"Dalam kondisi seperti ini, investor perlu mempertimbangkan langkah-langkah yang diambil, khususnya hal-hal yang bisa memicu kerugian yang signifikan," kata Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatra Utara Muhammad Pintor Nasution dalam siaran pers yang diterima Jumat (24/3/2023).

Jangan panik ketika harga saham yang ada dalam portofolio mengalami potential loss atau harga lebih rendah ketimbang harga saat membeli. Apalagi jika harga terus merosot, berusahah tetap tenang. Kepanikan bisa memicu pengambilan keputusan yang tergesa-gesa, seperti menjual semua saham. Keputusan yang didasarkan pada emosi panik seringkali berbuah kerugian besar.

"Investor dapat mengevaluasi kondisi keuangan saham perusahaan, jika berdasarkan analisis kondisi keuangan cenderung optimis, pertimbangkan untuk mempertahankan saham," kata Pintor.

Investor bisa memutuskan untuk mengoleksi saham-saham yang sudah tergolong murah. Metode investasi ini bisa diaplikasikan dengan pertimbangan kinerja keuangan dan prospek bisnis perusahaan di masa depan. Hal ini juga berpotensi membawa harga saham yang sebelumnya turun, kembali naik jika situasi pasar global dan domestik membaik.

Di sisi lain, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Saham suatu perusahaan bisa saja turun harganya karena kondisi ekonomi sedang tidak bagus, padahal secara keseluruhan kondisi perusahaannya masih sangat bagus. Saham perusahaan yang kondisi keuangannya masih baik inilah yang menjadi sasaran investor. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang sehat, pengelolaan yang kredibel serta proyeksi yang bagus di masa mendatang, memiliki potensi saham yang menjanjikan.

"Kalau membeli saat harganya sedang turun, investor bisa memperoleh imbal yang lebih besar di masa depan," ucapnya.

Persiapkan diri ketika menghadapi kerugian. Dalam berinvestasi saham, investor berpeluang mengalami kerugian ketika menjual saham tersebut. Jika memang situasinya tak bisa lagi diselamatkan dan tak ada tanda-tanda bahwa perusahaan akan kembali bangkit dari kondisi yang terpuruk, memutuskan untuk menjual saham di harga yang rendah bisa menjadi pilihan yang tepat.

"Keputusan ini dikenal dengan aksi cut loss, untuk menghindari kerugian yang semakin besar jika harga saham terus melorot," sambungnya.

Tanda investor harus melakukan cut loss juga bisa dengan melihat kinerja perusahaan yang sahamnya dimiliki tidak baik, sedangkan kondisi ekonomi relatif stabil begitu pun dengan perusahaan yang bergerak di industri yang sama. Menjual saham di harga yang cukup rendah di situasi tersebut bisa menghindarkan investor dari risiko kerugian yang lebih banyak lagi.

Jadi, saat melakukan investasi saham, investor sudah harus siap dengan berbagai hal yang tak terduga. Harga saham bisa naik dan turun tanpa diduga, sehingga hal penting yang harus dilakukan adalah mengikuti strategi yang sudah dipersiapkan dalam menghadapinya. Lantas, mengapa harga saham bisa mengalami penurunan?

Pertama, harga saham turun akibat kondisi perekonomian. Kondisi ekonomi bisa dibilang sebagai salah satu faktor yang berdampak pada naik turunnya harga saham. Saat ekonomi sedang mengalami resesi global, biasanya nilai saham akan mengalami penurunan.

"Dampak dari resesi global dinilai berpotensi memberikan pengaruh negatif bagi pasar modal suatu negara," ujar Pintor.

Kedua, kondisi politik. Tak hanya kondisi ekonomi saja, namun kondisi atau iklim politik global pun juga memiliki andil pada naik dan turunnya harga saham dunia. Misalnya saja, saat aksi terorisme sedang berlangsung di suatu negara di dunia, apalagi jika negara tersebut terbilang berpengaruh di dunia, maka kemungkinan akan terjadi penurunan aktivitas ekonomi, begitu juga dengan harga saham.

Ketiga, kinerja sektoral atau industri. Kinerja sektor industri juga turut menjadi faktor yang mempengaruhi naik dan turunnya harga saham. Saat sektor industri tertentu menunjukkan kinerja yang terbilang lesu, maka kondisi itu bisa berdampak pada menurunnya harga saham di sektor industri tersebut. Saat pandemi Covid-19 terjadi, banyak sektor industri yang terkena dampak dan berakhir dengan turunnya harga saham pada periode tersebut.

"Namun, harga saham yang naik dan turun adalah pengalaman biasa bagi investor yang sudah lama berkecimpung di pasar modal," pungkasnya.

Editor: Dinda Marley
Tags BEIBagikan

RELATED NEWS