Laleilmanino Salurkan Donasi untuk Sekolah Pelestari Tradisi dan Hutan

Dinda Marley - Selasa, 25 Oktober 2022 11:59 WIB
Murid-murid Sekolah Adat Arus Kualan (HO)

HalloMedan.co - Sukses mencatatkan single Dengar Alam Bernyanyi sebagai theme song program Y20 2022, platform bagi generasi muda dari semua negara G20 untuk berdialog dan mengajukan solusi atas isu-isu mendesak yang sedang terjadi di dunia, trio Laleilmanino melanjutkan aksi mengajak generasi muda bergerak bersama menjaga hutan untuk mencegah dampak perubahan iklim yang semakin parah.

Kali ini, Anindyo Baskoro (vokalis RAN), Arya Aditya Ramadhya dan Ilman Ibrahim (gitaris dan keyboardist Maliq and D’Essentials) menyalurkan donasi kampanye #DengarAlamBernyanyi. Hasil penjualan merchandise, donasi dari publik dan royalti dari single yang digarap bersama Chicco Jerikho, Sheila Dara dan HIVI! untuk memperingati Hari Bumi Sedunia (Earth Day) ini terkumpul Rp25 juta.

“Terima kasih untuk semua pihak yang mendukung berjalannya karya ini dan untuk Hutan Itu Indonesia yang sejak awal kami membuat lagu sudah sangat membantu memberi insights supaya lagu benar-benar bernyawa,” kata Nino saat penyerahan donasi secara virtual pekan lalu.

Manager Program Hutan Itu Indonesia (HII) Christian Natalie mengatakan, lagu yang diciptakan selain catchy juga memiliki makna yang dalam. Pesan tentang selimut polusi yang harus dihajar berhasil disampaikan dengan keren oleh Laleilmanino. Polusi yang menyelimuti Bumi dengan polutan membuat planet tempat kita tinggal semakin panas.

"Seperti selimut yang menutupi tubuh yang sedang gerah, tubuh semakin tidak nyaman, kan? Bumi yang kepanasan menyebabkan perubahan iklim, dampaknya semakin parah kalau tidak segera diatasi," kata Christian, dikutip dari rilis, Selasa (25/10/2022).

Sejalan dengan pesan dalam lagu, HII merekomendasikan Laleilmanino untuk mendonasikan hasil kampanye kepada Sekolah Adat Arus Kualan yang memiliki empat sekolah informal gratis di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

F Deliana Winki, penggerak Sekolah Adat Arus Kualan mengungkapkan rasa bahagianya.

“Saya harap dukungan ini bermanfaat bagi anak-anak dan orang-orang muda yang ingin mengembangkan adat, budaya serta menjaga hutan,” ujarnya.

Gerakan akar rumput

Martison Siritoitet, salah satu penggerak Sekolah Adat Arus Kualan mengisahkan, sekolah alam merupakan bentuk “perjuangan akar rumput” dalam mengajarkan kearifan lokal bagi generasi muda. Beberapa program utamanya adalah pembelajaran tarian tradisional dan pengenalan obat tradisional.

“Para murid belajar langsung ke hutan, mengenali serta melihat langsung bentuk tanaman obat. Mereka foto dan dokumentasikan. Kemudian mereka belajar kegunaan setiap tanaman yang penting, khususnya di kawasan Arus Kualan,” bebernya.

Ia menambahkan, murid-murid juga belajar cerita rakyat, kerajinan tangan, termasuk cenderamata. Semua kearifan-kearifan lokal yang diajarkan bukan dari orang-orang yang punya titel S1 atau S2, tetapi guru-guru yang merupakan orang lokal.

"Tetua-tetua adat kita punya pengetahuan tentang kearifan lokal, mereka kami jadikan tim pengajar,” kata Martison.

Jaga hutan ala Sekolah Adat Arus Kualan

Uniknya, Deliana menambahkan, anak-anak semakin antusias menjaga alam usai menyimak lagu karya Laleilmanino.

Dengan lagu Dengar Alam Bernyanyi, anak-anak semakin semangat. Mereka menanam pohon dengan bernyanyi bersama saat penanaman pohon bersama.

"Anak-anak itu bersama-sama berjalan kaki langsung ke hutan,” tuturnya.

Upaya lain yang ditempuh adalah selalu menjaga dan menekankan apapun yang sudah diturunkan oleh nenek moyang. Salah satunya dengan tidak membawa kantong berbahan plastik saat memasuki kawasan hutan.

“Ketika kami pergi ke hutan, kami harus membawa alat bernama tombing sebagai pengganti kantong plastik. Tidak menggunakan bahan-bahan dari plastik yang bisa mencemari lingkungan,” kata Deliana.

Sekolah Adat Arus Kualan pun mengajarkan anak-anak menggunakan sendok dari kayu, daun untuk alas makan serta bahan-bahan lainnya yang mudah terurai.

“Selalu memanfaatkan hasil alam secukupnya. Tidak menggunakan semuanya. Bagi kami, hutan adalah rumah, sungai adalah darah dan hutan adalah minimarket gratis. Kalau kami tidak menjaganya, minimarket kami punah. Kalau kami jaga, minimarket kami tersedia dengan gratis,” beber dia.

Deliana mengungkapkan, dukungan dana dari kampanye akan dimanfaatkan untuk membangun rumah di hutan.

“Nanti kami akan membuat rumah kecil-kecilan untuk kegiatan menjaga alam sekitar. Membeli beberapa buku tentang alam. Anak-anak sekarang sedang meneliti tanaman obat tradisional, kita akan bantu dengan donasi yang diberikan,” kata Deliana.

Inspirasi yang berkelanjutan

Program Director Coaction Indonesia Verena Puspawardani mengungkapkan, aksi Laleilmanino luar biasa. Ia meyakini bila langkah ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat maupun organisasi lainnya.

“Semoga aksi yang sudah dimulai ini tidak berhenti di sini, tetap menginspirasi teman-teman dari komunitas lain. Lagu akan kami pakai untuk setiap langkah, menjadi pengingat bahwa ini adalah story yang sudah diramu dengan indah oleh Laleilmanino,” kata Verena.

Nino juga berharap masyarakat tak sekadar menikmati lagu Dengar Alam Bernyanyi, tetapi betul-betul mengaplikasikannya dalam hidup. Ia mengajak masyarakat untuk lebih peka terhadap sinyal atau alarm yang diberikan bumi, mengingatkan tiap individu punya tanggung jawab untuk membuat alam lebih sehat lagi.

“Kami coba membuktikan bahwa apapun profesi mu, apapun yang kamu tekuni, kita bisa memberikan sumbangsih untuk kemajuan perlindungan alam,” ungkapnya.

Editor: Dinda Marley

RELATED NEWS