Omicron Meluas, Prof Nasir: Kuliah Online Harus Dipercepat!

Dinda Marley - Kamis, 17 Februari 2022 19:14 WIB
Prof Mohamad Nasir (HO)

HalloMedan.co - Covid-19 varian Omicron memaksa kampus kembali menggelar kuliah secara daring. Walaupun demikian, tak sedikit kampus merasa ragu karena kuliah online tak semudah bayangan.

Mantan menteri riset teknologi dan pendidikan tinggi yang kini menjadi staf ahli wakil presiden, Prof Mohamad Nasir dalam webinar SEVIMA mengajak kampus untuk segera menghancurkan tembok penghalang kesulitan pembelajaran daring. Kuliah online tidak bisa ditunda karena pertaruhannya bukan hanya kesehatan, tapi juga perkembangan teknologi.

Nasir yang didampingi Rektor Universitas Siber Asia Jang Youn Cho, Direktur SEVIMA Ridho Irawan dan peserta dari Komunitas SEVIMA bilang, jika bisa mempercepat kuliah online dan digitalisasi perguruan tinggi, serta mengintegrasikan seluruh sistem informasi melalui university activities maka bisa menyelesaikan masalah besar perguruan tinggi; menghindari penyebaran virus, menghadirkan akses yang inklusif serta menghadirkan pendidikan berkualitas untuk semua.

"Momentum pandemi Covid-19 ini menjadi blessing in disguise jika kita bisa manfaatkan untuk kemajuan pendidikan,” katanya, Selasa (15/2/2022) sore.

Buat kuliah yang terintegrasi

Kesulitan dihadapi kampus karena menganggap kuliah online sebagai distance learning (perkuliahan dengan jarak). Sehingga, cara mengajarnya sama persis dengan kuliah offline, namun medianya saja dipindahkan secara online.

“Cara mengajarnya sama, menggunakan papan tulis. Mahasiswa datang, dosen datang, di waktu yang sama, mendengarkan materi di jam yang sama, melihat layar berjam-jam sampai ada keluhan matanya terasa pedih. Ini bukan kuliah online, ini hanya memindahkan kuliah dengan media komunikasi,” kata Nasir.

Percepatan, lanjut dia, perlu dilakukan dengan menerapkan kuliah online yang terintegrasi. Atau biasa disebut Learning Management System (LMS). Dengan sistem ini, dosen bisa berbagi materi, menyelenggarakan kuis dan ujian serta merekap nilai dan melaporkannya dalam sekali klik.

Bahkan, tidak menjadi soal jika dosen dan mahasiswa tidak ketemu di waktu yang sama. Dosen cukup merekam penjelasannya dan mengunggah soal kuis, lalu mahasiswa bisa mengakses rekaman dan mengerjakan kuis kapan saja.

“Kuliah online yang terintegrasi ini perlu kita percepat. LMS akan memberikan wadah bagi mahasiswa dan dosen untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara synchronous atau asynchronous,” ucapnya.

Sudah dilakukan di beberapa kampus

Menurut Nasir, banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan dosen dan mahasiswa ketika menerapkan kuliah online yang terintegrasi. Sudah terbukti di beberapa kampus.

University of Agder di Norwegia misalnya, saat dia kunjungi pada 2018 lalu, menyelenggarakan kuliah online yang terintegrasi dan bisa diikuti puluhan ribu mahasiswa dari penjuru dunia. Kampus ini bahkan mengajarkan bedah saraf dengan metode Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), mahasiswa bisa menggunakan alat yang menampilkan seolah-olah mereka sedang melakukan operasi bedah secara nyata.

Artificial Intelligence dan aplikasinya dalam praktikum dunia kesehatan, berdasarkan webinar SEVIMA pada Desember 2020 lalu, juga telah diselenggarakan di kampus dalam negeri seperti STIKES Mitra Husada Bekasi dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Kuliah online yang terintegrasi tidak hanya meringankan tugas dosen, juga mempercepat kuliah mahasiswa karena belajar dan praktek bisa dilakukan kapan saja (anytime) dan di mana saja (anywhere and anyplace).

“Kuliah blok dokter bedah tema ini yang informasinya mencapai 16 minggu, dengan AI bisa satu sampai dua minggu tuntas. Rasio dosen mahasiswa pun tidak jadi soal karena satu profesor bisa saja seribu mahasiswa karena semua serba otomatis dengan LMS. Alatnya sudah ada, tinggal kita merubah mindset,” lanjut Nasir.

Rektor Universitas Siber Asia yang juga rektor asing pertama di Indonesia, Jang Youn Cho mengisahkan bagaimana perkuliahan online sukses ia lakukan di kampus dalam konteks Indonesia. Menggunakan Sistem Akademik berbasis Awan (siAkadcloud), Universitas Siber Asia bermitra dengan puluhan institusi publik maupun swasta di Indonesia hingga mancanegara untuk mengembangkan perkuliahan online yang terintegrasi.

Ridho juga menceritakan bagaimana lebih dari 700 kampus se-Indonesia yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA telah menggunakan siAkadcloud. Tantangan dalam penerapan sistem sangat beragam seperti yang telah dijelaskan Nasir. Walaupun demikian, dengan semangat bersama untuk merevolusi pendidikan tinggi, kuliah online yang terintegrasi bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja di seluruh Indonesia.

"Dengan begitu, kualitas pendidikan bisa dilakukan secara merata di seluruh penjuru negeri,” katanya. [Me1]

Editor: Dinda Marley

RELATED NEWS