Industri Pertanian Diprediksi Jadi Primadona Baru di Bursa Saham

Dinda Marley - Jumat, 03 Desember 2021 09:45 WIB
Diskusi media secara virtual yang diselenggarakan Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB (HO)

HalloMedan.co – Kontribusi industri pertanian terhadap perekonomian Indonesia cukup signifikan pada dua tahun terakhir. Sektor ini berhasil bertahan di tengah gempuran krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian pada kuartal 4-2020 tumbuh sebesar 2,59 persen secara year on year (yoy).

Serapan tenaga kerja di sektor pertanian juga berhasil terjaga di 29,5 persen per Februari 2021, bahkan meningkat 0,36 persen dari tahun sebelumnya. Hal tersebut terungkap dalam diskusi media secara virtual bertema Potensi Industri Pertanian di Pusaran Pasar Modal yang diselenggarakan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Kamis, (2/12/2021).

Dalam sambutannya, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB Sahara mengatakan, industri pertanian merupakan salah satu sektor kunci mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional, terutama untuk mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan nasional dalam menghadapi ancaman krisis global.

"Terlepas dari berbagai tantangan dan kondisi ekonomi, termasuk pandemi Covid-19, industri pertanian terbukti mampu bertahan dan terus tumbuh positif,” kata Sahara.

Menghadirkan narasumber utama yakni pengamat pertanian dan praktisi ekonomi, selain peningkatan produktivitas pertanian domestik untuk pemulihan ekonomi, diskusi ini juga menyoroti prospek investasi di industri pertanian. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Prof Muhammad Firdaus mengatakan, pertanian menjadi sebuah jawaban sekaligus harapan dalam membangkitkan ekonomi nasional. Potensinya sangat besar sebagai industri yang menjanjikan dalam hal investasi, terutama jika melihat perannya yang sangat vital bagi stabilitas sebuah negara. Di akhir 2020, sektor pertanian menjadi satu-satunya yang bertumbuh positif (2,59 persen, yoy), di triwulan 2-2021, pertumbuhan tertinggi (12,93 persen, yoy).

"Nilai ekspor pertanian meningkat lebih dari 47 persen di 2021 dibandingkan periode 2020, lebih dari 90 persen dari industri makanan minuman,” kata Firdaus.

Pengamat ekonomi dari Celios - Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira juga memberikan pandangan senada dengan Firdaus. Menurutnya, industri pertanian memiliki potensi yang besar sekali untuk menjadi sektor penggerak pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti selama dua tahun belakangan ini sektor pertanian menjadi pilar utama perekonomian nasional yang konsisten tumbuh dan menyumbang 14,3 persen terhadap PDB nasional pada kuartal 3-2021. Dampak yang diciptakan oleh sektor pertanian juga terbukti mampu menampung tenaga kerja yang terdampak pandemi.

"Ketika sektor usaha lainnya mengalami penurunan serapan tenaga kerja, data per Februari 2021 justru menunjukkan sektor pertanian berhasil menyerap 29,5 persen total lapangan kerja,” ungkapnya.

Masih kata Bhima, Indonesia sebagai negara dengan lahan pertanian, kehutanan dan perikanan yang terbesar di Asia Tenggara memiliki modal untuk bisa menguasai pasar global. Untuk itu, dirinya menekankan pentingnya menjaga produktivitas pertanian dan tata kelola lahan.

Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, Firdaus memberikan pandangannya bahwa diperlukan juga peningkatan kompetensi para petani dan penyuluh serta kelembagaan pertanian. Ia mencontohkan Program Makmur milik Pupuk Kaltim yang telah berhasil meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian di Indonesia.

“Program Makmur yang diinisiasi Pupuk Kaltim bisa menjadi contoh untuk meningkatkan produktivitas pertanian karena telah berhasil meningkatkan produktivitas di berbagai komoditas, utamanya padi dan jagung dengan produktivitas mencapai 140 persen sampai 145 persen,” ujarnya.

Dengan meningkatnya produktivitas, maka performa perusahaan di sektor pertanian akan semakin dilirik pegiat saham di pasar modal. Hal ini akan semakin memperkuat ketertarikan publik terhadap saham-saham dari industri pertanian.

Dari sisi potensi investasi, Bhima menilai sektor pertanian memiliki prospek yang cerah khususnya di pasar saham. Sektor pertanian tidak kalah menarik dibanding sektor yang sedang booming seperti e-commerce dan digitalisasi di sektor keuangan.

"Buktinya emiten-emiten saham berbasis komoditas pertanian dan perkebunan tercatat mengalami kenaikan yang signifikan selama masa pandemi. Beberapa investor global bahkan meyakini di tengah tantangan pemulihan ekonomi, performa sektor pertanian akan menjadi champion dalam jangka panjang,” jelas Bhima.

Untuk menjawab tantangan peningkatan produktivitas, dibutuhkan ketersediaan pupuk untuk menjaga produktivitas lahan pertanian. Bhima menyebut kecermatan dalam distribusi pupuk akan menjamin ketersediaan pupuk yang dibutuhkan oleh para pengelola lahan. Ketersediaan pupuk bersubsidi menjadi urat nadi dari keberlangsungan produksi pangan. Oleh karena itu, menurutnya perusahaan penyedia pupuk perlu mendapatkan dukungan penuh khususnya dari sisi penambahan investasi baru.

Firdaus juga menyoroti tantangan bagi industri pertanian agar bisa berkembang di pasar modal, diantaranya peningkatan produktivitas dan penerapan inovasi teknologi. Peningkatan produktivitas menurutnya menjadi hal yang penting karena merupakan faktor kunci penentu keberlangsungan usaha.

“Beberapa faktor utama yang dapat meningkatkan produktivitas, selain penyediaan bibit bermutu dan pengairan yang cukup adalah pemupukan yang tepat atau berimbang. Tentunya upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang lebih ramah lingkungan dan penanganan pasca panen agar nilai tambah lebih besar lagi diperoleh petani masih sangat diperlukan,” kata Firdaus.

Dia menambahkan, potensi investasi di sektor industri pupuk memiliki prospek yang sangat positif di pasar modal.

"Industri pupuk sebagai salah satu dari sektor pertanian memiliki prospek yang cerah di bursa saham. Pertumbuhan di sektor pertanian menjadi momentum bagi industri pupuk untuk bisa dilirik menjadi emiten idola baru bagi pelaku saham,” pungkasnya. [Me1]

Editor: Dinda Marley

RELATED NEWS