Lepas 30 Persen Saham Senilai Rp103,71 Miliar, MUTU Siap Masuk BEI

Canyon Gabriel - Kamis, 13 Juli 2023 17:50 WIB
Presiden Direktur MUTU International Arifin Lambaga saat konferensi pers paparan publik IPO MUTU di Jakarta (HO)

hallomedan.co - PT Mutuagung Lestari Tbk atau MUTU International, perusahaan di Testing, Inspection and Certification (TIC) berencana melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah mendapat surat izin Pra-Efektif dan izin publikasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 11 Juli 2023.

Melalui mekanisme IPO, MUTU akan melepas 942.857.200 lembar saham atau 30 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.
Saham MUTU akan ditawarkan dalam rentang harga Rp105 hingga Rp110 per saham. Perseroan diproyeksi akan memperoleh dana segar antara Rp99,00 miliar sampai Rp103,71 miliar.

Bersamaan dengan penawaran umum saham, Perseroan juga menerbitkan
235.714.300 Waran Seri I senilai Rp76,37 miliar dengan rasio 4 berbanding 1. Setiap pemegang empat saham baru akan memperoleh satu waran dengan harga pelaksanaan Rp324 selama periode 9 Februari 2024 – 8 Agustus 2025.

Presiden Direktur MUTU International Arifin Lambaga menyatakan, IPO
merupakan salah satu langkah strategis yang diambil Perseroan untuk menangkap peluang yang lebih besar di industri TIC Indonesia. Belum banyak perusahaan yang terlibat dalam industri ini. Konsumen dan pelaku usaha belum banyak menyadari pentingnya sertifikasi terhadap produk maupun jasa.

“Saya yakin, saat pemerintah mewajibkan pelaku usaha melakukan sertifikasi, maka industri TIC akan semakin berkembang,” kata Arifin, dikutip dari rilis, Kamis (13/7/2023).

Dalam IPO ini, MUTU International menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek. Proses penawaran saham berlangsung pada 12-24 Juli 2023, saham Perseroan akan tercatat dan mulai diperdagangkan di BEI pada 9 Agustus 2023.

Menurut Arifin, sebanyak 66 persen dana hasil penawaran umum saham digunakan sebagai belanja modal (capital expenditure) guna mengembangkan laboratorium eksisting maupun laboratorium baru yang nantinya menjadi kantor cabang setelah akreditasi.

Sebesar 34 persen dana hasil penawaran saham ditambah seluruh dana hasil pelaksanaan waran dialokasikan untuk keperluan belanja operasional (operational expenditure) menunjang bisnis Perseroan, baik di pasar eksisting maupun pasar yang baru termasuk peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia sesuai tiga fokus strategi Perseroan
yaitu Green Economy, Shariah Economy dan Digital Economy.

“Kami melihat potensi yang baik untuk industri TIC di Indonesia maupun global. Nilai pasar TIC global pada 2027 diperkirakan mencapai USD270 miliar atau sekitar Rp4.000 triliun, sedangkan nilai pasar Indonesia saat ini baru mencapai Rp20 triliun. Kami optimistis industri TIC terus tumbuh secara eksponensial di masa mendatang seiring kebijakan hilirisasi industri, pembangunan ekonomi hijau, digitalisasi, pengembangan ekonomi syariah, peningkatan volume perdagangan dan peningkatan kesadaran konsumen akan pentingnya sertifikasi,” kata Arifin.

Salah satu sektor unggulan yang menjadi kekuatan MUTU adalah sumber daya alam dan green economy. MUTU berperan memperkuat nilai-nilai yang dimiliki korporasi pengolahan seperti kelapa sawit, kayu, pangan dan lain-lain dengan memberi sentuhan pengujian, inspeksi dan sertifikasi.

Saat ini, PT Jasa Mutu Mineral Indonesia (Jammin), salah satu anak usaha yang 99 persen sahamnya dimiliki Perseroan, merupakan satu dari sembilan lembaga TIC di bidang batubara dan nikel yang memiliki izin Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Perdagangan.

Tingginya potensi usaha Jammin tergambar dari besarnya industri
pertambangan batubara dan nikel Indonesia. Sampai 2022, Indonesia merupakan negara penghasil batubara nomor tiga sekaligus penghasil nikel nomor satu di dunia. Sektor green economy, fokus pada bursa karbon Indonesia yang akan diluncurkan September mendatang.

Direktur MUTU International Irham Budiman mengatakan, Perseroan berpeluang memanfaatkan perkembangan pasar karbon karena potensinya sangat besar. Nilai perdagangan karbon di masa yang akan datang diperkirakan mencapai Rp8.400-an triliun. Sektor inilah yang akan terus dikembangkan, termasuk menyiapkan skema masuk ke dalam ekosistem karena tren green economy tidak hanya Gas Rumah Kaca (GRK), berkembang memasuki ekonomi sirkular seperti water footprint, plastik dan lain-lain.

“Saat ini mulai tren tentang verifikasi dan validasi gas rumah kaca, kemudian pajak karbon dan yang terbaru bursa karbon yang akan diluncurkan di akhir kuartal ketiga tahun ini. Sebelum tren tersebut masuk ke Indonesia, MUTU sudah masuk ke sektor ini sejak 2015. Kami sudah memiliki pengalaman panjang terkait karbon, sudah memfasilitasi skema yang dipersyaratkan negara-negara di Eropa dan sudah menerbitkan ratusan sertifikat dengan skema ISCC,” ujar Irham.

Direktur MUTU International Sumarna menjelaskan, dari sisi kinerja keuangan, mencatatkan performa solid hingga akhir 2022. Terlihat dari realisasi pendapatan Perseroan yang tumbuh signifikan mencapai
Rp281,82 miliar di 2022, naik sekitar 24,47 persen dibanding 2021 yang tercatat Rp226,41 miliar. Laba tahun berjalan Perseroan di 2022 juga melonjak 90,38 persen menjadi Rp36,78 miliar, dibanding 2021 sebesar Rp19,32 miliar.

Penjualan per segmen produk yang dihasilkan juga tumbuh. Sepanjang
2022 dibandingkan 2021, penjualan dari segmen pengujian meningkat 32,46 persen, segmen inspeksi naik 15,96 persen dan segmen sertifikasi 3,10 persen.

“Kami optimistis dengan langkah-langkah strategis yang sudah ditetapkan, Perseroan akan melanjutkan pertumbuhan kinerja positif di tahun-tahun berikutnya. Optimisme ini sejalan dengan perluasan peluang dari sektor-sektor baru yang akan dikelola serta dukungan positif dari pemegang saham melalui proses penawaran perdana saham yang akan dilakukan,” kata Sumarna.

Editor: Mei Leandha

RELATED NEWS