Menabung Versus Investasi

Dinda Marley - Minggu, 06 Februari 2022 07:00 WIB
Menabung versus Investasi (HO)

HalloMedan.co – Memasuki Februari, sebagian masyarakat Tanah Air dan dunia baru saja merayakan Tahun Baru Imlek yang dilambangkan dengan Macan Air. Momentum ini bisa jadi awal untuk memulai berinvestasi. Lantas, mengapa kita harus berinvestasi?

Berinvestasi adalah cara untuk menjaga nilai uang atau untuk mempertahankan nilai aset dari inflasi. Biasanya orang yang memiliki penghasilan (income), langkah setelah memenuhi kebutuhan hidupnya adalah menyisihkan dana yang dimiliki dengan menyimpan uang di bank (menabung). Namun ternyata, tabungan lebih berfungsi sebagai tempat menyimpan uang, bukan mempertahankan nilai uang.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara Muhammad Pintor Nasution mengatakan, seiring berjalannya waktu, nilai uang akan tergerus oleh inflasi yaitu kenaikan harga-harga barang dan jasa. Contoh, jika saat ini uang senilai Rp200 juta bisa untuk membeli satu unit kendaraan baru, dalam periode lima tahun ke depan, belum tentu uang senilai yang sama bisa untuk membeli satu unit kendaraan dengan spesifikasi dan bahkan harga yang sama.

"Begitu juga dengan biaya sekolah misalnya, jika saat ini uang pangkal masuk universitas Rp50 juta, lima tahun lagi diperkirakan naik tiga kali lipat karena rata-rata uang pangkal pendidikan naik sekitar 10-15 persen per tahun," kata Pintor, Minggu (6/2/2022).

Jika kita hanya menaruh uang di bank dalam bentuk tabungan, bisa saja rencana masa depan yang sudah disiapkan tidak sesuai rencana. Salah satu cara untuk mengikuti inflasi dengan mengalokasikan dana ke dalam produk investasi. Jika menabung di bank, nasabah mendapatkan imbalan dalam bentuk bunga yang besarnya hanya 2-3 persen. Sementara produk investasi portofolio di pasar modal umumnya bisa memberikan imbal hasil di atasnya, sesuai jenis produk investasi.

Investasi saham misalnya, memberikan potensi imbal hasil di atas bunga deposito. Return saham bisa dilihat dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Selama rentang sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan IHSG tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 22,3 persen (return saham berdasarkan kenaikan indeks saham tertinggi dalam rentang waktu 2011-2021).

"Tapi ingat, semakin tinggi return investasi, semakin besar pula risiko investasi. Sesuai pepatah dalam dunia investasi, high risk high return, low risk low return," ucap Pintor.

Berinvestasi di pasar modal menjadi salah satu alternatif bagi investor untuk mendapatkan imbal hasil yang sesuai tujuan investasinya. Ada beberapa pilihan investasi yaitu saham, obligasi korporasi, surat utang negara, produk derivatif saham dan obligasi, reksa dana, ETF dan produk investasi lainnya yang terus berkembang.

Masing-masing instrumen investasi memiliki potensi return yang berbeda-beda. Saham memiliki potensi imbal hasil yang paling tinggi, berikutnya surat utang negara dan produk derivatif. Alternatif lainnya, berinvestasi reksa dana. Membeli reksa dana relatif lebih mudah karena dana investasi dikelola oleh manajer investasi yang memang fokus dan bertugas mengelola dana investasi.

"Sebelum memulai berinvestasi di pasar modal, calon investor harus membuka rekening efek terlebih dahulu di perusahaan sekuritas. Prinsipnya sama seperti membuka rekening di bank," ucapnya.

Ada banyak perusahaan sekuritas yang bisa dipilih oleh calon investor. Daftar perusahaan efek bisa dilihat di website BEI atau website Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara untuk membeli reksa dana, investor bisa menghubungi manajer investasi (MI) atau bisa membeli reksa dana melalui bank yang menjadi agen penjual reksa dana (APERD).

Setelah membuka rekening efek di Perusahaan Sekuritas atau Perusahaan Efek, investor bisa mulai berinvestasi menggunakan sistem perdagangan perusahaan efek, baik secara online trading maupun dibantu dealer perusahaan efek. Transaksi saham dilakukan secara elektronik dengan penyelesaian transaksi T+2 atau saham yang dibeli dan uang yang diterima oleh penjual dan pembeli diselesaikan dalam dua hari kerja.

"Transaksi penjualan dan pembelian bisa dilakukan setiap waktu di jam perdagangan BEI," ujar Pintor.

Investor juga perlu mempelajari lebih dahulu produk investasi yang ingin dibeli untuk masuk ke dalam portofolio investasi investor. Lakukan analisis terhadap saham-saham yang dipilih, baik analisis berdasarkan kinerja fundamental, maupun analisis teknikal. Semakin banyak produk investasi yang dimiliki, semakin rendah risiko investasi. Sesuai strategi diversifikasi dalam investasi: don’t put your eggs in one basket. [Me1]

Editor: Dinda Marley
Tags InvestasiBankBEIBagikan

RELATED NEWS